Momotarō (桃太郎) adalah cerita rakyat Jepang yang mengisahkan anak laki-laki super
kuat bernama Momotarō yang pergi membasmi Setan/Hantu.
Diberi nama Momotarō karena ia dilahirkan dari dalam buah persik (momo), sedangkan
"Tarō" adalah nama yang umum bagi laki-laki di Jepang.
Zaman dahulu di
suatu tempat hiduplah sepasang kakek-nenek. Setiap hari, kakek ke hutan
mengumpulkan kayu bakar, sedangkan nenek ke sungai mencuci. Ketika nenek sedang
mecuci, dari hulu sungai hanyutlah momo (buah persik) Nenek memungut momo itu.
“Sepertinya,
momo ini manis.” Nenek mengambil momo yang besar itu dan membawanya pulang.
Malam pun tiba.
Kakek pulang memikul kayu bakar. “Nenek, nenek, kakek sudah pulang.”
“Kakek, ya,
selamat datang. Hari ini, nenek menemukan momo yang besar di sungai. Sekarang
ada di lemari…” kata nenek sambil mengeluarkan momo itu dan meletakkannya di
atas talenan. Lalu, nenek menempelkan pisau dapur pada momo tersebut untuk
membelahnya. Tapi, momo tersebut membelah sendiri dan dari dalamnya keluar anak
laki-laki yang lucu. Begitu keluar anak laki-laki itu langsung menangis. Kakek
dan nenek terkejut.
“A,aduh, gawat
ini.” Kakek dan nenek panik. Setelah tangisnya reda kakek berkata, “Karena anak
ini muncul dari dalam momo, kita harus menamainya Momotaro.” Begitulah Momotaro
dinamai.
Kakek dan nenek
memberi Momotaro bubur, ikan dan merawatnya dengan hati-hati. Kalau Momotaro
diberi semangkuk nasi, dia akan makan semangkuk. Kalau Momotaro diberi dua
mangkuk nasi, Momotaro akan makan dua mangkuk. Tak terasa Momotaro tumbuh jadi
besar. Lalu, kalau dia diajari berhitung satu, maka dia dapat menghitung sampai
sepuluh. Akibatnya Momotaro jadi terkenal. Selain itu, tenaganya makin lama
makin kuat, dan tanpa disadari tak seorangpun anak-anak di sekitarnya dapat
menyaingi kemampuan Momotaro. Pintar, kuat dan berbakat. Momotaro jadi anak
yang hebat. Karena Momotaro sangat lucu, kakek dan nenek makin gembira
membesarkannya.
Suatu hari,
Momotaro menghadap kakek dan nenek, duduk di depan kakek dan nenek dan memohon
sambil berkata, “Kakek, nenek. Karena aku sudah besar aku mau pergi ke pulau
hantu untuk menaklukkan hantu yang suka merampas barang manusia. Tolong buatkan
bekal kibi dango (sejenis kue mochi yang berisi kacang) paling enak di Jepang.”
Kakek dan nenek
serentak berkata, “Kau masih kecil. Bagaimana pun juga kau masih kecil. Untuk
apa kau ke pulau hantu, menangkap para hantu itu?”
Walaupun sudah
dilarang, Momotaro tak peduli. “Kakek, nenek, aku memang sendirian, tapi 50
atau 100 ekor hantu bukan masalah buatku.”
“Kalau begitu
baiklah,” kata kakek dan nenek.
Tak lama
berselang Momotaro dibuatkan bekal kibi dango paling enak di Jepang. Kemudian
Momotaro juga diberi ikat kepala hachimaki, celana lebar hakama dan pedang
pendek yang baru. Lalu, di punggungnya juga di dipasangkan bendera bertuliskan
‘Momotaro terkuat nomor satu di Jepang’.
Momotaro
berangkat ke pulau hantu.
Pada saat akan
meninggalkan desa seekor anjing terus-menerus menyalak mengikuti Momotaro.
“Momotaro,
Momotaro, kau mau pergi ke mana?”
“Ke pulau hantu,
menaklukkan hantu.”
“Aku mau
menemanimu ke pulau hantu asalkan kau mau memberiku sebuah kibi dango.”
“Baiklah, kalau
begitu kau jadi anak buahku. Kalau kau makan kibi dango ini kekuatanmu akan
betambah 1000 kali lipat,” kata Momotaro mengeluarkan sebuah kibi dango dari
kantong dan menyerahkan pada anjing itu. Anjing jadi anak buah Momotaro.
Tak lama
kemudian, burung gagak berkoak-koak mendekati Momotaro. Lalu, sama seperti
anjing, Momotaro memberinya sebuah kibi dango dan menjadikan burung gagak itu
anak buahnya. Lalu, beberapa saat kemudian, monyet berteriak-teriak mendekati
Momotaro. Monyet pun menjadi anak buah Momotaro setelah diberi sebuah kibi
dango.
Momotaro jadi
jendral, anjing jadi pembawa bendera, monyet jadi pembawa pedang. Mereka
melanjutkan perjalanan ke pulau hantu. Sampailah Momotaro dan ketiga anak
buahnya di depan gerbang yang hitam dan besar di pulau hantu. Langsung saja
monyet mengetuk pintu gerbang.
Dari dalam terdengar suara. “Siapa itu?” Lalu keluarlah setan merah.
“Aku Momotaro
terkuat nomor satu di Jepang. Aku ke pulau hantu ini untuk menaklukkan hantu.
Enyahah kalian semua.”
Setelah
mengatakan itu, Momotaro menghunus dan menusukkan pedangnya. Monyet bertarung
dengan tombak, sedang burung gagak dan anjing dengan pedang. Anak-anak hantu
yang ada di tempat itu ribut besar dan lari ke dalam. Di dalam banyak
hantu-hantu berkumpul sedang pesta sake. Momotaro masuk ke dalam untuk mengejar
anak hantu.
“Apa, Momotaro?”
kata hantu-hantu linglung dan keluar dengan sempoyongan. Karena Momotaro dan
ketiga anak buahnya sudah makan kibi dango yang membuat mereka jadi prajurit
perkasa yang kekuatannya bertambah jadi 1000 kali lipat. Hantu dapat
dikalahkan, dilempar-lempar dan ditusuk-tusuk.
“Kami sama
sekali tak dapat mengimbangi. Ampunilah jiwa kami. Mulai hari ini kami tak akan
berbuat jahat lagi.” Jendral hantu hitam memohon di hadapan Momotaro. Dari
matanya yang besar mengalir setetes air mata. Kepalanya dibenturkan ke tanah
meminta ampun.
“Baiklah, kalau
memang kalian tak akan berbuat jahat lagi, maka jiwa kalian kuampuni.” Momotaro
mengampuni hantu-hantu itu.
“Kami tak akan
pernah berbuat jahat lagi. Semua barang-barang berharga ini kuserahkan padamu.”
Janji jenderal hantu. Lalu memerintahkan bawahannya untuk memindahkan
barang-barang rampasan yang ada di gudang, barang-barang yang selama ini
dirampas dari manusia.
Momotaro
menaikkan barang-barang itu ke atas kendaraannya dan menyuruh anjing, monyet
dan burung gagak menariknya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk kakek
dan nenek.
Peristiwa ini
sampai juga ke telinga bidadari. Bidadari memberi Momotaro hadiah yang sangat
banyak. Lalu, Momotaro hidup bahagia bersama kakek dan neneknya.